Subscribe:

Ads 468x60px

Pages

Sabtu, 26 Februari 2011

Budaya yang hampir terlupakan

Hey Friends!!! Akhirnya setelah banyak sekali jadwal yang memeras otak, kini kembali lagi ke hari minggu.
"Lovely Sunday". :D

Dan hari ini aku terbangun jam 7.00 WIB karena semalam ada sesi pemotretan buku tahunan yang diselenggarakan di kompleks BI daerah Yogyakarta. Benar-benar hari sabtu yang melelahkan dimana pemotretan berakhir pukul 9 malam. Walaupun kelompok aku selesai pemotretan jam 7, tapi aku manfaatkan untuk menonton pertunjukan seni di Benteng Vredenburg (betul nggak ya nulisnya?). Dan pada saat itu ada pagelaran semacam drama "Kethoprak".

Yah, meskipun aku nggak bisa mengikuti jalan cerita karena menggunakan bahasa Jawa bagian krama inggil yang selama ini memang jadi bahasa yang paling nggak aku ngerti. Maka dari itu kadang kalau aku ngomong sama simbah pake bahasa Indonesia. But, aku bangga akan kebudayaan Jawa. Simple, dan Penuh Makna itulah yang aku pikirkan ketika aku menonton pertunjukan semalam.


Tapi sayang, ketika aku menonton, sekelilingku hanyalah para sesepuh yang masih tertarik dengan kesenian tersebut. Sedangkan para generasi muda yang mempunyai tugas untuk melestarikan ini semua hanya sekedar pacaran, foto-fot, jalan-jalan, hampir tidak ada dari mereka yang tergerak untuk menonton pertunjukan seni itu.


So, aku berpesan kepada kawan-kawan semua. Kebudayaan ini semua milik kita. Dan kewajiban kita sebagai generasi muda untuk tetap menjaga kelestarian dan keberadaannya. Jangan sampai malah orang asing yang akan mengakui keberadaan kebudayaan kita. Kalau sudah begitu tentunya kita sendiri yang rugi. Kita bisa ambil contoh di Bali. Di sana banyak sekali pengaruh-pengaruh budaya luar karena kita tahu Bali merupakan poros wisata bagi turis asing yang akan ke Indonesia. Tapi generasi muda di Bali tetapo menjunjung tinggi kehormatan serta keagungan budaya yang mereka miliki dari tata cara berpakaian, tata adat, dan sebagainya. Dengan begitu, maka tragedi Reog maupun Batik tidak akan terjadi kembali..

Dan mulai detik ini mari kita bersama menjaga dan melestarikan budaya yang ada di daerah masing-masing, dan budaya Indonesia pada umumnya. :)

3 komentar:

Ajeng Sari Rahayu mengatakan...

aku juga kesulitan kalo diajak ngomong krama inggil :)

Unknown mengatakan...

wah, temanku yg di semarang aja gak ngerti bahasa jawa ala Banyuwangi. apalagi yg krama inggil ya

arfiantsite mengatakan...

@Ajeng: Nah itu dia, teman aku yang lahir, dan ngejalani hidup di daerah surakarta maupun jogja aja krama inggilnya susah, apalagi aku yang bukan asli Jateng :)

@Sang Cerpenis: Nah itu dia maka dari sekarang kita jaga budaya yang kita miliki di daerah masing-masing, :)

Posting Komentar

gimana menurut kalian? jangan segan-segan menulis komentar kalian di sini.. :)