Dia Yang Terindah

Hey Friends!!! Salam Blogger!!!

Di Postingan kali ini aku cuma pengen curhat ama teman-teman. Dan apalagi kalo bukan karena cinta? Seperti syndrom yang mungkin juga dialami oleh sebagian besar teman-teman. Dan kali ini aku pengen cerita tentang penyesalanku. Penyesalan telah nyia-nyiain kesempatan yang udah diberikan ke aku.

Dia, bisa dibilang kedekatanku dengan dia terjadi secara tidak disengaja. Aku dia undang untuk menjadi narasumber pertama dia sebagai wartawan salah satu surat kabar di Surakarta. Dan aku yang biasanya cuma diam seribu bahasa kalau ketemu ama cewek nggak tau kenapa waktu itu aku bisa care ma dia. Dia yang bisa bawa suasana. Dan waktu itu aku belum ada perasaan apapun ma dia karena aku anggep dia teman yang juga mantan sahabat aku. Ngelihat keceriaan dia, aku jadi sedih sendiri. Aku mikir gimana nanti dia kalo tau sekarang mantan dia yang waktu itu masih benar-benar ada di hati dia udah dekat dengan cewek lain? Apakah semua keceriaan dia akan hilang? Cuma itu yang ada dipikiranku selama wawancara itu berlangsung. Dan akhirnya aku mutusin buat SMS dia setelah wawancara. Aku cuma pengen keceriaan dia itu nggak hilang setelah tau semuanya.

Akhirnya mulai saat itu kita SMS'an. Dan masih dengan tujuan awal aku, pengen kasih tau dia yang sebenarnya tanpa ngelukai hatinya. Karena aku paling nggak tahan kalo liat cewe sedih, apalagi itu teman ato mantan sahabat aku. Dan ketika sahabat aku bilang kalau hubungan sahabat dengan cewek itu semakin dekat, aku pengen banget ngomong ama dia, dalam pikiran aku daripada dia tau sendiri dan benar-benar sedih, lebih baik aku ngomong ma dia mskipun itu tetap bikin dia sedih, paling nggak mental dan psikis dia uda siap. Dan akhirnya aku ngomong ke dia tentang semuanya, tentang cowok yang benar2 masih ada di hati dia. Dan akibatnya? Dia seperti marah ma aku. Tapi nggak tau kenapa, aku nggak mau dia marah ma aku, nggak tahu kenapa aku pengen tetap bisa deket ma dia. Akhirnya dia nggak jadi marah, dan sekali lagi entah kenapa aku seneng banget dia nggak jadi marah.

Setelah satu bulan aku dekat ma dia. Aku baru sadar kalau aku sayang ma dia. Aku ngerasa udah nemu'in sosok yang selama ini aku cari setelah empat kali pacaran resmi, satu kali pacaran sehari, dan beberapa HTS. Aku ngerasa dia yang benar-benar aku cari. Sikap dia, ketekunan dia, pendirian dia, dan keteguhan dia. Dan selama dekat ma dia aku pengen berubah, aku nggak lagi SMS'an ama cewek lain kecuali ama adek curhatku. Karena aku benar-benar ngerasa dia yang aku cari.

Akhir Januari 2011, bisa dibilang saat-saat terakhir aku deket ma dia. Dan saat itu juga banyak banget masalah. Dan semuanya karena aku. Karena keegoisan aku, karena sikap aku, karena sifat aku, yang mungkin bikin dia udah nggak nyaman deket ama aku.

Awal Februari 2011, dimana sebagian besar manusia sedang menyiapkan sesuatu untuk orang yang paling dikasihinya, aku harus kehilangan dia. Yah, karena keegoisan aku, karena sikap aku, karena sifat aku, dia benar-benar mencapai puncak kemarahan, hingga nggak mau kasih aku kesempatan aku lagi.

Dan sekarang, aku benar-benar kehilangan dia, karena semua kebodohan aku. Dan aku nggak bisa apa-apa dan sadar aku harus menghormati keputusan dia.

Dia, Dia, dan Dia. Aku kangen keceriaan dia, aku kangen celotehan dia, aku kangen sikap-sikap dia, yang selalu bisa buat aku selalu tersenyum. Dan sekarang aku cuma pandangin foto dia setiap malam. Satu-satunya foto dia yang ada di Handphone aku. Dan aku tetap berharap, suatu saat dia akan kembali dengan atau tidak dengan kesempatan itu. Aku cuma bisa terus berdoa yang terbaik buat dia.

Friends! Cuma itu yang bisa aku ceritain. Di saat ini, dimana aku bisa nangis saat ngetik posting ini. Aku cuma berpesan ke kalian, Kalau kalian punya seseorang yang benar-benar kalian sayangi, jaga dia, dan jangan pernah sekalipun kalian ngecewain dia. Atau dia akan pergi ninggalin kalian seperti dia ninggalin aku.

Thanks for All of You yang udah nyempetin baca curhatan ini.
Thanks.. :')